Cerita Mesum Bu Bos Korban Perkosaan
Badan sepertii giitar dgn tinggi 175 cm. Bu Marlena aktiif membantu perusahaan yg dibangun oleh swaminya. Kerana masiih perusahaan berkembang, bu Marlena sering juga terjun ke lapangan, bertemu kliien, mengurus suppliier dan lain-lain. Cerita ini aqu sharing kerana menariik. Semua nama yg aqu sebutkan bukan nama aslii. Periistiiwa ini terjadi di kantor kawan aqu di daerah Jakarta.
Pelakunya adalah kawan aqu sendirii dan aqu percaya kerana sempet liiat buktii rekaman filem di hp nya, aslii aqu takjub hampir tak percaya. Karena aqu pernah kerja di sana meski hanya beberapa bulan, jadi aqu tau dan kebayg bangetlah periistiiwanya sepertii apa. Aqu sempet miinta share filemnya akan tetapi gak dikasiih, alasan priivasii dan mau dihapus. Sekarang ini kawan aqu dan beberapa pelaku lainnya jadi buron.
Semiinggu sebelom dia kabur ke luar kota, dia sempat cerita semuanya ke aqu dan miinta saran. Dia nyesel banget katanya. Ya iiyalah, bini orang ‘kuat’ diembat, batiin aqu. Sekarang siih sudah terlambat menyesal. Dia ngaku kalo pemerkosaan kerana pengaruh miinuman keras dan paksaan kawan-kawannya. Giila bener.. aqu hanya geleng-geleng kalo iinget kisahnya. Nah sekarang aqu uraikan kronologiinya.. (periistiiwa ini aqu ceritain dari sudut pandang ketiiga).
Pelakunya adalah kawan aqu sendirii dan aqu percaya kerana sempet liiat buktii rekaman filem di hp nya, aslii aqu takjub hampir tak percaya. Karena aqu pernah kerja di sana meski hanya beberapa bulan, jadi aqu tau dan kebayg bangetlah periistiiwanya sepertii apa. Aqu sempet miinta share filemnya akan tetapi gak dikasiih, alasan priivasii dan mau dihapus. Sekarang ini kawan aqu dan beberapa pelaku lainnya jadi buron.
Semiinggu sebelom dia kabur ke luar kota, dia sempat cerita semuanya ke aqu dan miinta saran. Dia nyesel banget katanya. Ya iiyalah, bini orang ‘kuat’ diembat, batiin aqu. Sekarang siih sudah terlambat menyesal. Dia ngaku kalo pemerkosaan kerana pengaruh miinuman keras dan paksaan kawan-kawannya. Giila bener.. aqu hanya geleng-geleng kalo iinget kisahnya. Nah sekarang aqu uraikan kronologiinya.. (periistiiwa ini aqu ceritain dari sudut pandang ketiiga).
Hari itu di depan gudang sebelah kantor, Bento sedang miinum-miinum anggur oplosan dgn pak Beben, pak Sugeng, Dodi, Rikardo, dan Aldo. Padahal sedang bulan puasa, akan tetapi mereka tak puasa. Ini akiibat hasutan Aldo yg sering mengajak miinum-miinum dan bersenang-senang. Bento adalah superviisor lapangan, sedangkan Aldo adalah manajer lapangan, atasan Bento. Mereka berdua sama-sama doyan mabuk dan main perempuan. Sembari main kartu mereka ngobrol. Ini kebiiasaan yg dilakukan setiiap selesai jam kantor menjelang maghriib. Kebiiasaan ini muncul sedari Aldo bergabung di kantor ini dua bulan yg lalu. Posisi kantor ini adalah di area ruko, blok dalam kompleks dan berada di paling ujung deretan ruko.
Kalii ini mereka miinum banyak sekalii tak sepertii biiasanya. Mereka membahas THR untuk lebaran yg belom diberiikan dari perusahaan. Padahal lebaran tiinggal semiinggu lagii. Maka itu banyak karyawan yg kerja bermalas-malasan. Aldo membawa pengaruh buruk bagii karyawan kantor, dia sangat geniit sering menggoda kawan kantor perempuan. Bahkan sering menggoda Ester, manajer fiinance yg sudah berswami.
Kelakuannya ini selalu memanciing keluar siifat jelek yg dimiiliikii karyawan kelas bawah, sepertii driver, tukang, dan OB. Contohnya adalah pak Sugeng, bapak yg memiiliikii liima anak ini matanya sering jelalatan jiika menonton karyawan perempuan di kantor ini, akan tetapi tak beranii macam-macam.
Sama halnya dgn Rikardo dan pak Beben, kecualii Dodi yg paling muda di antara mereka, kerana Dodi orang yg polos, bahkan Dodi sebenarnya biisa dibiilang sedikit terbelakang mentalnya, dia bekerja di perusahaan ini dibantu oleh bu Marlena. Di sampiing kerana orang tuanya yg bekerja sbg pembantu di rumah bu Marlena.
Sewaktu jam menunjukkan pukul tujuh malam, masiih ada beberapa karyawan perempuan yg baru keluar kantor mau pulang. Mereka adalah Cintya dan Ester, sehabiis lembur mengurus pembayaran suppliier. Ester saat itu mengenakan kemeja putiih tiipiis bermotiif garis-garis hiitam vertiikal, BH nya yg berwarna hiitam cukup menerawang. Dgn bawahan rok cokelat di atas lutut, tampak sangat seksii sekalii, wajahnya juga lumayan maniis, sepertii Mona Ratuliiu.
Berbeda dgn Cintya, dia mengenakan kemeja hiitam polos anggun dgn bawahan rok putiih ketat sehiingga dari luar terlihat garis celana dalamnya cukup jelas tercetak. Cintya orangnya tegas dan pendiam, wajah dan tubuhnya kurang lebiih miriip artiis jaman dulu yg bernama Ida IIasha waktu muda. Mata pak Sugeng hampir tak berkedip memandang tubuh dua perempuan ini dari atas sampai kakii.
“Hii cewe cantiik.. baru pulang yaa..” goda Aldo, yg diiriingii tawa lainnya.
Ester memang terkenal ramah dan baik hatii, dia tersenyum maniis,
“iiya niih, yuk duluan yaa” jawabnya sembari berjalan mengiikutii Cintya. Sementara Cintya tak menghiraukan, terus berjalan menuju kendaraannya yg diparkir persiis di seberang kantor. Jarang ada yg beranii menggoda Cintya, selain orangnya tegas dan diseganii, juga kerana keluarga Cintya memiiliikii latar belakang miiliiter. Pamannya anggota aktiif koppasus dgn pangkat kolonel dan ayahnya sendirii pensiiunan perwira tinggi yg memiiliikii siimbol pangkat biintang dua.
Di lantai atas masiih ada beberapa karyawan yg lembur, hanya sekitar empat orang termasuk bu Marlena. Pak Keviin, swami bu Marlena selaku direktur perusahaan sedang berada di luar negerii untuk kepentiingan biisniis. Pak Keviin terkenal kasar dan galak, sering memarahii bawahan tanpa menonton tempat dan waktu. Mendadak hp Rikardo berbunyii, rupanya bu Marlena mencarii keberadaannya dgn nada marah di telepon. Segera saja Rikardo bangkiit berdirii menuju lantai dua.
Tak lama kemudian Bento dan Aldo pun dipanggiil ke ruang bu Marlena. Kerana ada proyek yg bermasalah, mereka bertiga dimakii oleh bu Marlena. Diruangan itu mereka bertiga tertunduk berjejer meneriima omelan sang ratu. Rikardo paling sering diomelii kerana sering terlambat mengantar dokumen pentiing, terutama yg menygkut tender. Rikardo sering tak becus dalam bekerja, orangnya pemalas dan sering nonton filem dewasa setiiap kesempatan. Kata-kata bu Marlena cukup kasar dan menyiinggung perasaan, sehiingga tak jarang karyawan perempuan yg dimarahii sampai menangiis.
Rikardo yg sering dimarahii oleh bu Marlena menyiimpan dendam kerana merasa sakiit hatii. Kalo Bento kesal dgn bu Marlena kerana pembayaran uang belanja materiial suliit diberiikan, sehiingga Bento sering diteror suppliier. Bahkan kadang Bento beberapa kalii menombok untuk membayar suppliier.
Sesudah selesai marah, bu Marlena diam mengatur nafas, wajahnya merah padam, dadanya kembang kempiis. Suasana mendadak heniing, hanya terdengar nafas bu Marlena yg belom stabiil. Sebenarnya bu Marlena ada mengIdap penyakiit asma, sehiingga setiap kalii marah selalu kumat asma nya. Bu Marlena yg masiih diam berdirii tegap di sampiing meja ruangnya berkacak piinggang dgn mata yg judes menatap Aldo, Bento dan Rikardo. Mereka bertiga yg sudah sedikit mabuk terpaksa menahan siikap supaya tak ketahuan bu Marlena.
Mereka hanya diam membiisu, tak beranii berbiicara, takut bau alkohol terciium bu Marlena. Hari itu bu Marlena mengenakan blus tiipiis biru tua dgn bagiian leher yg lebar memperliihatkan talii BH nya yg berwarna merah tua. Roknya berwarna putiih bermotiif kotak-kotak warna abu-abu tertutup sebagiian oleh blusnya yg panjang.
Roknya lebiih pendek dibanding Ester dan Cintya tadi, tinggi diatas paha memperliihatkan pahanya yg montok. Rambutnya disemir warna cokelat kekuniingan dikuncir ekor kuda sehiingga lehernya yg putiih mulus tampak sensual sekalii. Bu Marlena terkenal modis, hampir setiiap miinggu menggantii model rambutnya. Pakaiannya yg dikenakan setiiap hari selalu seksii dan menggoda.
Ketika pandangan bu Marlena berkunang-kunang, dia berdirii sempoyongan berpegangan pada mejanya. Mereka bertiga saling berpandangan dan mencoba menolong.
“bu..? Bu Marlena, baik-baik aja?” Kata Bento.
Bu Marlena menunduk pusiing sembari tangannya memberii iisyarat bahwa dia akan baik-baik saja. Sewaktu bu Marlena masiih menunduk sembari mengumpulkan tenaga dan nafasnya, mata mereka bertiga jelalatan menonton paha bu Marlena padat putiih mulus, pahanya membuntiing iindah, tak ada cacat sedikiitpun pada tubuh bu Marlena ini. Kuliitnya sedikiit mengkiilap bermiinyak tetapi tampak putiih cerah, sangat segar dipandang mata.
Meskipun sudah memiiliikii tiiga orang anak, badannya masiih sangat bagus dan terawat sempurna. Piinggangnya tergolong keciil untuk perempuan montok seusiaannya. Bu Marlena menonton seiisii ruangan, lalu menonton Aldo, Rikardo, Bento, pandangannya semakiin buram dan tiiba-tiba gelap, lalu terjatuh tak sadarkan dirii. Bento dan Aldo berusaha menolong membopongnya, Rikardo hanya tersenyum sinis menontonnya. Bento segera keluar ruangan mencoba memberiitahu karyawan lainnya untuk memiinta bantuan. Rikardo segera menyusul Bento keluar ruangan akan tetapi tangannya ditahan oleh Aldo.
“Eh.. Rik.. kesempatan niih gerepe bu bos. Hehehe” kata Aldo memanciing Rikardo.
Tangan Aldo yg membopong tubuh bu Marlena, memeluk piinggangnya dan meraba ke area sensiitiifnya. Rikardo yg tadinya tak terpiikir akan kurang ajar kepada bos nya menjadi birahi menonton ulah Aldo. Tak lama kemudian, Bento kembalii masuk ruangan sembari berkata,
“wah.. anak-anak udah pada baliik niih. Di kantor udah gak ada orang”, ketika Bento terkejut menonton Aldo dan Rikardo.
“Eh.. giila lu ngapain?!?” Bento terbelalak menonton posisi bu Marlena yg dibariingkan di atas meja kerjanya, sementara Aldo di depan meja berdirii disampiing kursii menciium dada bu Marlena yg masiih tertutup blus. Rikardo yg berada di sampiing meja kirii menghadap selangkangan bu Marlena dan meraba pahanya. Mereka berdua tertawa terkekeh. Bento berusaha menyadarkan mereka berdua,
“Do..! Lu giila ya. Ini bu bos, jangan biikiin ulahhh!” Teriiaknya setengah berbiisiik. Aldo hanya cengengesan dgn wajah yg sedikit teler,
“Ben.. lu tau kan bos kita ini… perlu diciiciipii dikiit”.
Bento menjadi sedikit paniik menonton ulah mereka.
“Eh.. Ben. sii Marlena ini perlu kita kasiih pelajaran.. betul gak coyy ” kata Rikardo yg wajahnya sudah memerah sembari bertatapan senyum dgn Aldo.
“Bu bos emang rese, akan tetapi gak gini juga perlakuan kita sama dia” jawab Bento.
“Ah bancii lo..!” Hardik Aldo.
Bento hanya terdiam, diriinya juga merasa sedikit mabuk kebanyakan miinum tadi. Menonton bu Marlena yg terbariing piingsan tak berdaya diatas meja, dalam hatii Bento juga tegoda iingiin menciiciipii tubuh bosnya sendirii. Kemaluan Bento pelan-pelan mulai mengeras dibaliik celana jeans nya, piikirannya sudah terpengaruh oleh Aldo dan Rikardo.
Bento mendekat ke meja, tangannya menjulur gemetaran memegang perut bu Marlena, diriinya tak mengira akan menjamah tubuh iindah bos nya ini. Lalu tangan Bento merayap ke arah buah dadanya yg besar menyembul dibaliik blus. Aldo tersenyum menonton Bento… sementara Rikardo siibuk menciium paha bu Marlena, tangannya masuk ke dalam rok, meraba kemaluan yg terbungkus celana dalam tiipiis berenda warna merah tua.
Mereka bertiga sudah tak biisa berpiikir sehat lagii, piikirannya tenggelam oleh liibiido yg tinggi. Efek alkohol semakiin lama semakiin terasa, ditambah lagii dgn nafsu yg menggebu menjamah tubuh bu Marlena, benar-benar memabukkan. Mereka bertiga bergantiian menjaga piintu kalo-kalo ada yg datang. Mereka sedikit parno kerana pengaruh miinuman..
Padahal sudah jam sembiilan malam kantor di lantai dua ini sudah kosong dan sepii. Aldo merekam kejadian ini dgn hp nya yg diletakkan diatas lemarii seberang meja, menyorot ke arah meja. Rikardo membuka resletiing celana mengeluarkan kemaluannya yg mengeras. Mereka bertiga kini sudah dikuasai nafsu, sehiingga tak memperduliikan mangsanya yg seharusnya mereka hormatii. Awalnya mereka hanya berniiat meraba tubuh bu Marlena, tetapi Aldo terus memprovokasii Rikardo dan Benny,
“kita entot aja sekaliian bro.. giimana? Kesempatan langka niih” kata Aldo berbiisiik.
“Hah!? Giila lu” jawab Bento setengah terkejut.
“Nantii kalo sadar giimana?” Rikardo meniimpalii jawaban Bento.
Rikardo yg sebenarnya juga terpiikir untuk meniikmatii tubuh bu Marlena..
“ahh gampang, kita pake masker proyek aja yg ada di gudang, giih ambiiliin sana..” jawab Aldo seraya memeriintah. Rikardo yg antusiias mengangguk dan langsung keluar menuju gudang. Bento yg semakiin horny, mulai menciium dada bu Marlena yg terbuka sampai bagiian atas buah dadanya. Aldo nekat menariik bagiian leher blus kebawah sehiingga buah dada bu Marlena yg masiih terbungkus BH menyembul.
Bento terkejut dan takjub kerana ulah Aldo yg nekat itu. Bahkan Aldo kemudian menariik cup BH nya sehiingga putiing buah dada itu keliihatan jelas berwarna merah muda dan cukup besar menggoda, seukuran kacang atom dua keliincii. Langsung saja Aldo menjiilat dan mengulum buah dada itu. Bento sampai terbengong menonton aksii Aldo yg luar biiasa nekat.
Tak lama kemudian Rikardo muncul sembari membagiikan masker dan beberapa kain bekas untuk bandana membungkus kepala supaya wajah mereka tak dikenalii biila bu Marlena tersadar. Mereka bertiga sudah sepertii maliing yg memakai penutup wajah. Aldo memberii komando untuk saling menjaga piintu ruangan secara bergantiian. Rikardo yg sudah tak sabar langsung membuka celananya, akan tetapi bajunya masiih dipakai.
Rikardo memegang kedua paha montok bu Marlena dan membukanya sampai mengangkang, lalu Rikardo naik ke atas meja diatas posisi bu Marlena yg terlentang, dan menggesekkan kemaluannya di tubuh bu Marlena. Aldo tersenyum menonton ulah Rikardo. Sementara Bento menonton aksii mereka berdua sembari berdirii dekat piintu berjaga-jaga. Bento mengeluarkan hp, merekam aksii tersebut. Kini blus bu Marlena disiingkap keatas oleh Rikardo, tangannya meraba celana dalam bu Marlena, terasa dagiing bibir kemaluannya montok menggoda, lalu Rikardo menggeser bagiian selangkangan celana dalam supaya lebiih mudah memasukkan kemaluan ke kemaluannya. Sesaat kepala kemaluan Rikardo menempel bibir kemaluan bu Marlena, kemaluannya mengeluarkan cairan beniing dan berdenyut keras. Sejurus kemudian kemaluan Rikardo ditenggelamkan ke dalamnya,
“ahh.. ” desah Rikardo merasakan keniikmatan tiiada tara.
Rikardo berusia 25 tahun dan belom meniikah, tubuhnya gendut besar, tingginya 165cm, kuliitnya hiitam dan banyak bekas koreng. Dia menahan permukaan meja dgn kedua tangan supaya tubuhnya yg gendut tak meniindih bu Marlena. Sembari menyodokkan kemaluannya pelan-pelan. Aldo terkekeh,
“hehehe.. gaya lu kaya beruang ngentot Rik..”.
Bento tertawa mendengar celaan Aldo. Rikardo yg sedang asiik iikut tertawa sembari terus menggenjot bu Marlena. Tubuh bu Marlena terguncang pelan maju mundur kerana goygan tubuh Rikardo yg tambun. Aldo memegang tangan bu Marlena yg menggantung di sisi meja, tangan itu halus dan lentiik, diciiumiinya dari jarii sampai lengan yg montok itu, kemudian tangan lentiik itu diarahkan masuk dalam celana Aldo, digesekkan ke kemaluannya.
Pemandangan diruangan itu sungguh miriis, seorang isteri pengusaha yg cantiik dan berkelas disetubuhii oleh bawahannya yg hanya berstatus kurir. Rikardo yg dari tadi menggenjot tanpa sadar goygannya makiin kencang membuat kakii meja berderiit menggesek lantai ubiin, ketika itu bu Marlena tersadar.. matanya membuka pelan.
Diriinya masiih belom sadar sepenuhnya, yg dirasakan tubuhnya berguncang-guncang, pandangannya buram dan kiian jelas dia menonton sesosok lelaki besar tambun berada di atas tubuhnya yg sedang terlentang. Pandangan bu Marlena semakiin jelas, dan dia masiih mengumpulkan kesadarannya apa yg sedang terjadi.
Dia mulai sadar posisinya sedang terlentang, tetapi dia sedikit terheran sosok lelaki diatas tubuhnya yg menggunakan masker dan penutup kepala, lelaki itu nampak sedang memejamkan mata sembari bergerak maju mundur dihadapan wajahnya. Akhirnya bu Marlena tersadar.. guncangan tubuhnya selaras dgn gerakan tubuh lelaki itu, dan diiriingii kemaluannya yg terasa dimasukii benda tumpul secara menyodok-nyodok. Sadar bahwa diriinya tengah disetubuhii oleh lelaki yg tak dikenal, bu Marlena paniik dan bersuara liriih,
“stop.. please.. stop iit..”
Rikardo yg sedang asiik meniikmatii sembari memejamkan mata terkejut dgn suara itu, Rikardo membelalakkan mata dan terkejut bukan main…
“anjiing..! Bu bos udah sadar!” Batiin Rikardo.
Aldo yg sedang berada di belakang Rikardo sedang menunggu giiliran, terheran menonton Rikardo terlihat terkejut.
“Kenapa lu Rik..?” Tanyanya, dan Aldo sudah biisa menebak kalo bu Marlena tersadar dari piingsannya.
Rikardo melompat mundur melepaskan kemaluan dari kemaluan Bu Lenaiina. Rikardo yg mundur turun dari meja badannya terhuyung kehiilangan keseiimbangan. Bu Marlena berusaha bangkiit, tangannya menekuk di sampiing tubuhnya supaya tubuhnya terangkat, meski dgn posisi yg masiih terlentang dan mengangkang.
“siiapa kaliian!? Mau apa kaliian?” teriiaknya dgn suara yg masiih liriih.
Perlahan dia mulai mengiingat kejadian terakhir sebelom piingsan. Bu Marlena terkejut bukan main sesudah menonton pakaiannya tersiingkap sampai diatas buah dadanya. Apalagii dia menonton sosok lelaki tambun itu setengah telanjang tanpa memakai celana, sehiingga tampak kemaluannya yg gemuk dan menegang sekitar 10cm, dgn rambut jembut yg keriitiing lebat. Bu Marlena hampir tak percaya menonton pemandangan ini. Dia menonton sekeliiliing ruangan ada dua sosok lelaki lain yg berdirii disitu dgn menggunakan masker dan penutup kepala sehiingga tak mengenalii mereka. Bu Marlena kemudian teriingat terakhir sebelom piingsan, sedang memarahii Aldo, Bento, dan Rikardo.
“Al.. Aldo..? Bento..?” Tanyanya terbata.
Rikardo dan Bento terdiam salah tiingkah. Sekonyong-konyong Aldo maju mendekat bu Marlena membekap mulutnya, sembari memberii iisyarat pada Rikardo untuk melanjutkan menyetubuhii bu Marlena. Rikardo masiih sedikit paniik dan ketakutan tampak ragu. Bu Marlena berontak sekuat tenaga sampai Aldo terdorong mundur. Bento yg juga paniik menonton itu segera membantu Aldo untuk membekap bu Marlena. Sesaat mulutnya terlepas dari bekapan, bu Marlena menghardik,
“lepaskan bajiingan..! Kaliian kurang aj.. mhff”. Mulutnya terbekap oleh tangan Aldo yg kekar.
Perawakan Aldo tinggi sekitar 180cm, tubuhnya gagah dan tegap, kuliitnya sawo matang dgn tato di lengan kanannya. wajahnya sepertii Ahmad Dhanii, hanya saja rambutnya cepak sepertii ABRII. Usia Aldo sepantaran dgn Bento. Aldo menyuruh Bento memegangii tangan bu Marlena supaya tak berontak. Kemudian Aldo menariik blus biru tua itu sampai sobek, dan memperliihatkan gundukan buah dada yg besar dan putiih mulus itu bergoyg sepertii puding.
Buah dadanya masiih terbungkus BH, tetapi cup BH sebelah kirii terliipat kebawah membuat buah dada dan putiingnya tampak jelas. Bento perawakannya kurus, kuliitnya putiih, wajahnya penuh jerawat, rambutnya cepak sepertii jamur dan berwarna kecoklatan, tingginya 170 cm. Usianya 30 tahun. Tubuhnya yg kerempeng tak memiiliikii banyak tenaga untuk membekap bu Marlena yg lebiih beriisii dan montok. Beberapa detiik bekapan tangan Bento terlepas, bu Marlena kembalii berteriiak,
“hentiikann.. bajiingann! Mmpff”
tangan Bento dgn cepat sudah membekap lagii bibir tiipiis lembut itu.
Bu Marlena berontak sekuat-kuatnya, kakiinya menendang ke segala arah hiingga menyenggol kursii sampai terbentur kaca jendela. Rikardo menjadi bernafsu menonton bu Marlena yg berusaha memberontak, teriingat filem dewasa pemerkosaan yg sering ditontonnya. Di suasana yg paniik dan gaduh itu, Rikardo segera mendekat menangkap kakii bu Marlena yg berontak. Sekitar sepuluh meniit kegaduhan itu mendadak di depan piintu ruangan muncul pak Sugeng.
“Ngapain kaliian ini!?” bentaknya.
Pak Sugeng mengenalii Aldo, Rikardo dan Bento meskipun mengenakan penutup wajah, dgn menonton tubuh dan bajunya. Belom selesai pak Sugeng keheranan dgn pemandangan itu, Aldo memandang ke arahnya,
“pak..sini bantuiin!” Pak Sugeng menurut saja mendekat, dan sewaktu menonton tubuh bu Marlena yg setengah telanjang meronta, nafsu pak Sugeng bangkiit. Kerana diriinya setengah mabuk, pak Sugeng sama sekalii tak takut dgn bu Marlena.
Pak Sugeng sempat ragu antara kebenaran dan kejahatan akan tetapi yg ada dipiikirannya sekarang iingiin menciiciipii tubuh perempuan berkelas yg didambakan, terutama kerana sosok itu adalah bu Marlena yg membuat pak Sugeng selalu menahan air liiur setiiap kalii menontonnya di kantor. Pak Sugeng bertubuh tinggi kurus dgn kumiis tebal, kuliitnya coklat tua sedikit keriiput, usianya sudah 58 tahun. Pak Sugeng sudah berkeluarga dan memiiliikii isteri lebiih dari satu.
Pertarungan semakiin tak iimbang antara seorang perempuan dgn empat orang lelaki yg sudah sepertii kesetanan. Pak Sugeng tertawa menonton tubuh bu Marlena yg mulus, tubuh yg selalu menjadi iimajiinasiinya di saat melamun kini ada di depan mata terlentang menggiiurkan. Sungguh malang nasiib bu Marlena malam itu. Aldo membekap kuat sembari mengancam,
“biisa diamm?!… atau saya bunuh kamu di sini!”, dgn suara yg diberat-beratkan supaya tak ketahuan jatii diriinya.
Bento memegang tangan kirii bu Marlena dgn kedua tangannya, sedangkan Rikardo memegang kedua kakii bu Marlena yg dibantu pak Sugeng. Sementara Aldo sendirii memegang tangan kanan bu Marlena sembari tangan satunya membekap mulut bu Marlena, kedua piipii bu Marlena terjepiit oleh cengkraman Aldo. Dgn posisi itu bu Marlena berusaha meronta terus. Semakiin meronta, buah dadanya terus bergoyg membuat pak Sugeng terpukau. Kemaluan pak Sugeng mengeras, matanya yg merah menonton dgn biinal.
“Mampuslah kau kalii ini Chinese peliit” batiin pak Sugeng.
Ada ketak puasan dari hatii pak Sugeng. Sbg driver truk pengiriim materiial, Pak Sugeng sering tak masuk kerja sehiingga bu Marlena memarahii dan memotong upah hariannya supaya lebiih disiipliin. Namum pak Sugeng mendendam. Siifat pak Sugeng dan Rikardo miriip, pemalas dan tak tau dirii biila diriinya melakukan kesalahan. Sering menggerutu, dan tak pernah mau berubah menjadi lebiih baik.
Dalam hatii bu Marlena merasa sedih dan takut, itu tampak dari matanya yg mulai berkaca-kaca. Dia merasa sangat bencii sekalii perlakuan tak senonoh ini terjadi pada diriinya, dia memejamkan mata dan menjeriit sebiisa mungkiin sembari meronta.. sesudah itu terdiam pasrah. Pak Sugeng membuka celananya mengeluarkan kemaluannya yg sudah tegang.. panjangnya 17 cm dan bentuknya bengkok dgn warna kuliit yg hiitam kecoklatan.
Bu Marlena melotot menonton kemaluan pak Sugeng, dan meronta lagii. Aldo menonton di atas meja bagiian ujung dekat kepala bu Marlena masiih ada beberapa alat tuliis yg tak terjatuh ke lantai, Aldo mengambiil cutter yg ada di situ, lalu mengancam dgn menekan siilet cutter itu di leher bu Marlena yg putiih mulus. Bu Marlena mulai menangiis, hatiinya serasa hancur oleh perlakuan oleh bawahannya. BH bu Marlena ditariik paksa oleh pak Sugeng dgn kasar sampai putus, buah dadanya yg besar dan putiih itu bergoyg, lalu diciium bagiian dalam cup C BH nya itu.
Pak Sugeng menghirup wangiinya sembari memejam mata. Yg lainnya menonton dgn takjub keberaniian pak Sugeng. Rikardo tak mau kalah, dia melepaskan kakii bu Marlena, tangannya meraih celana dalam berenda itu kemudian menariik paksa sampai turun ke lutut bu Marlena. Kerana kakiinya meronta, sehiingga sedikit susah dilucutii..
Rikardo menjadi emosii dan menariiknya lebiih kuat lagii sampai celana dalam itu robek dan terlepas dari kakii bu Marlena. Rikardo melepaskan masker mulutnya, menciium celana dalam itu sesaat lalu melempar asal ke belakang bersama maskernya. Piikirnya masa bodohlah biila wajahnya ketahuan, toh dia merasa yakiin bu Marlena tak mungkiin menceritakan aib ini. Pakaian bu Marlena yg mahal itu sudah dilucutii satu persatu. Hanya tersiisa rok mini di tubuhnya yg masiih tersiingkap meliingkar di piinggulnya. Suasana semakiin panas, mereka mulai meracau.. mengeluarkan biisiikan kata-kata serapah bersahutan.
“Wuiih.. memeknya gemukk coyy” Rikardo menyengir, mukanya merah.
“Buah dadanya niih… mantep” kata pak Sugeng, sembari meremas dgn kasar buah dada kirii bu Marlena.
Bento yg sedari tadi nafsu kedua tangannya hanya biisa menahan tangan kanan bu Marlena, tak beranii melepas sedikiitpun kerana tenaganya kurang kuat untuk menahan ronta bu Marlena. Aldo masiih tetap menekan cutter di leher itu, sembari tersenyum puas menonton yg lainnya sudah mabuk kesetanan. Bu Marlena kehabiisan tenaga meronta terus dan hanya memejamkan mata.
“Ya Tuhan.. tolonglah hamba Mu ini…” batiinnya berdoa… air matanya meleleh di kedua sisi piipiinya.
Kerana tenaganya untuk meronta semakiin lemah, Bento mulai beranii melepas satu tangan pegangannya dari lengan bu Marlena, dia meraba buah dada kanan dan berusaha menjiilatii putiingnya akan tetapi tangan bu Marlena menahan leher Bento yg mau menyosor. Terdengar suara tangiis bu Marlena yg tertahan cengkraman Aldo.
Pak Sugeng mendorong tubuh Rikardo untuk menyiingkir dari hadapan selangkangan bu Marlena, pak Sugeng kini berdirii persiis di sampiing meja menghadap selangkangan bu Marlena, posisinya sepertii dokter kandungan yg mau membantu persaliinan. Lalu kemaluannya yg bengkok dan panjang itu di arahkan ke bibir kemaluan, di tempel dan digesekkan menyiisir rambut halus di permukaan kemaluan. Cairan beniing yg keluar dari kepala kemaluan pak Sugeng membasahii rambut-rambut itu. Dgn pelan dia memasukkan kepala kemaluannya itu menembus bibir kemaluan, sembari mendesah.
“sshhh… ah” pak Sugeng mulai mendorong masuk seluruh gagang kemaluannya.
Bu Marlena melotot terkejut dan berusaha menjeriit sembari menonton ke arah pak Sugeng. Kemaluannya tak terlalu sempiit, akan tetapi masiih terasa rapat dan empuk memiijiit lembut gagang kemaluan yg tenggelam di dalamnya. Pak Sugeng mulai menggenjot sembari memegang piinggang bu Marlena dgn kedua tangannya yg kemudian disambut riiuh dan tawa suara Rikardo dan Aldo. Bento terpukau nafsu menonton pemerkosaan ini.
Bu Marlena menggelengkan kepala menahan sakiit di kemaluannya. Lalu Aldo melepaskan cengkraman dari mulutnya, akan tetapi cutter masiih ditempelkan di leher bu Marlena. Tanpa sengaja leher yg putiih mulus itu tergores keciil mengeluarkan sedikiit darah saat bu Marlena menggelengkan kepalanya tadi. Kini bu Marlena hanya memejamkan mata dan mendesah kesakitan dgn nada tertahan,
“ough.. sssh.. oughh..” seiriing sodokkan kemaluan pak Sugeng. Cerita Sex
Tubuh Bu Marlena yg terlentang di atas meja itu bergoyg maju mundur searah dgn sodokkan dari kemaluan pak Sugeng.. dan kedua tangannya masiih dipegangii oleh Aldo dan Bento. Pemandangan perkosaan ini sontak membangkiitkan gairah yg lainnya.. terutama Rikardo, dia menonton wajah bu Marlena yg mendesah tak berdaya itu membuat nafsunya tak terbendung. Kemaluannya ditempelkan ke paha bu Marlena yg tergoyg oleh genjotan pak Sugeng. Sudah sepuluh meniit pak Sugeng menggenjot bu Marlena masiih belom juga mencapai orgasme.
Pantat pak Sugeng tampak kurus dan kempot bergoyg maju mundur. Bu Marlena mulai sedikiit terangsang akiibat sodokan bertubii-tubii di kemaluannya, padahal dipiikiran sehatnya sangat tak iingiin birahinya muncul sepertii ini, tetapi respon tubuhnya secara alamiiah menjadi terangsang. kedua tangannya yg meronta tak bertenaga itu menjadi mengepal menahan hujaman kemaluan pak Sugeng. Buah dadanya yg besar dan putiih mulus terus berguncang seirama genjotan itu. Pak Sugeng terkekeh menonton tubuh iindah bos nya,
“enakkk.. bannggeet… sssiih memekmu..aghh” desah pak Sugeng dgn nada tergoyg oleh genjotan tubuhnya sendirii.
Aldo menyiimpan cutter di sakunya dan mulai membuka resletiing celananya lalu memaksa tangan kanan bu Marlena memegang kemaluannya yg masiih terbungkus celana dalam. Bento yg menonton itu juga iikut-iikutan melakukan hal yg sama. Bu Marlena memaliingkan wajahnya ke kirii sampai piipiinya menempel di permukaan meja, matanya memejam sampai ekor matanya mengkerut.
Bibirnya yg tiipiis dgn warna liipstiik merah muda itu merapat erat masuk ke arah mulutnya. Pak Sugeng terus mendesah dgn berbiisiik meracau menghujat bu Marlena berulang kalii seolah pelacur. Perasaan bu Marlena sangat kesal dan membencii keadaan ini, harga diriinya semakiin hancur tetapi liibiidonya meneriima semua yg terjadi pada tubuhnya. Beberapa meniit kemudian saat pak Sugeng mau mencapai orgasmenya, dia mempercepat genjotan sampai desahan bu Marlena menjadi cepat dgn nada yg makiin tinggi,
“ahh.. ahh..”. Kepala bu Marlena menggeleng tak karuan ke kanan dan kirii, rambutnya semakiin acak-acakan.
Bento yg terus menonton ekspresii wajah bu Marlena menjadi semakiin memuncak nafsunya.
Mendadak pak Sugeng memejamkan mata, kepalanya menghadap ke atas dan genjotannya behentii. Cairan maniinya menyembur di lubang kemaluan dgn deras. Ketika bu Marlena juga terdiam sembari terus memejamkan mata merasakan air manii pak Sugeng menyemprot dinding rahiimnya. Bibir maniisnya sedikiit terbuka merekah melepas letiihnya.
Tanpa sadar peluh keriingat membasahii tubuhnya yg putiih mulus. Jam dinding di ruangan itu menunjukkan pukul 9 malam. Suasana kantor sudah sepii sekalii. Di luar jendela pemandangannya sudah gelap guliita, hanya terpantul baygan mereka semua diruangan itu. Beberapa kalii ada deriingan suara telepon tak terjawab, di luar ruangan. Rikardo yg sudah tak sabar segera merebut posisi pak Sugeng,
“miinggir pak.. aku juga mau” selorohnya.
Lalu pak Sugeng terkekeh berjalan sembari menaikkan celananya berjalan keluar ruangan itu. Bu Marlena yg masiih terlentang di meja itu, terkejut sewaktu kedua kakiinya ditariik kasar oleh Rikardo, sehiingga meja itu iikut tergeser dari lantai. Bu Marlena melepaskan tangannya dari celana dalam Aldo dan Bento, lalu berusaha membangkiitkan sedikiit badannya.. sembari menatap Rikardo yg berdirii tegap didepannya, bu Marlena memelas.
“stopp.. please..”.
Rikardo yg sudah kesetanan oleh nafsu tak perdulii, kemaluannya yg gemuk pendek itu segera ditempelkan ke bibir kemaluan bu Marlena. Kepala kemaluannya sudah mengkiilap liiciin siiap menembus kemaluan bos nya, bu Marlena tak berdaya untuk menolak perkosaan lagii
“aku mohon.. please..” liriihnya.
Beberapa detiik kemudian kemaluan Rikardo membenam bibir kemaluan itu.
“sshhh.. oohhh” Rikardo mendesah sembari menatap kemaluannya menerobos kemaluan bu Marlena, bersamaan desah nada tinggi suara bu Marlena sepertii tertahan.. “aagh!”…
Gagang kemaluan Rikardo membobol kemaluannya masuk utuh ke dalam. Kedua tangan Rikardo memegang kedua paha montok bu Marlena sepertii menggendong dua buah sak semen disampiing piinggangnya yg gendut. Rikardo menggenjot dgn ganas, goygannya kasar dan cepat membuat meja bergeser meniimbulkan suara berderiit-deriit.
Bu Marlena pasrah, kemaluannya harus meneriima serangan lagii dari kemaluan yg berbeda. Aldo mengambiil kamera hp nya di atas lemarii dan mengambiil kursii, lalu duduk disampiing piintu ruangan, kakiinya menyiilang sembari merekam pemerkosaan itu diam-diam. Bento yg belom mendapat giiliran menyetubuhii bu Marlena menjadi gusar kerana nafsu menggebu. Mukanya merah kerana mabuk, lalu membuka masker mulutnya dan menciium bibir bu Marlena dgn paksa. Tangannya mencengkram kedua piipii bos nya itu supaya bibir maniisnya berciiuman dgn mulutnya yg berbau alkohol.
Bu Marlena meronta, ekspresiinya sepertii menciium bau pesiing. LIdah Bento menerobos bibir cantiik itu dan menjiilat-jiilat giigii, lIdah dan rongga mulut bosnya. Air liiurnya membasahii mulut bu Marlena. Tangan bu Marlena menahan dada Bento supaya menjauh darinya.. akan tetapi Bento terus berusaha mencumbu, kadang tangannya meremas buah dada kenyal itu.
Bu Marlena merasa tak nyaman dan tubuhnya terus berguncang oleh tubuh Rikardo yg menggenjot tanpa hentii. Bento yg sudah tak sabar, menurunkan celana jeans dan celana dalamnya bersamaan. Diturunkan hanya sampai lutut, sembari melakukan onanii. Kemudian memaksa tangan kirii bu Marlena untuk memegang kemaluannya yg masiih ada kuncup belom disunat. Kemaluannya lebiih panjang dari Rikardo akan tetapi kurus dgn diameter sekitar 4 cm. Berbeda dgn diameter kemaluan Rikardo yg mencapai 6 cm.
Mendadak piintu ruangan dibuka dari luar, muncul pak Sugeng membawa pak Beben dan Dodi yg sudah mabuk berat. Mata pak Beben melotot menonton tubuh telanjang bu Marlena yg sedang digenjot terbariing di atas meja. Kemaluannya langsung tegang. Sedangkan Dodi hanya terbengong polos menonton pemandangan itu.
Dodi yg sedikit iidiot tak berhentii menonton bu Marlena yg telanjang dan menonton Rikardo menyetubuhiinya. Dia teriingat adegan filem dewasa dari hp Rikardo. Rikardo berkeriingat, tubuhnya yg hiitam legam basah dan mengkiilap sepertii babii. Bu Marlena mulai menangiis sembari menutup mulut dgn tangannya. Badannya terus terguncang genjotan Rikardo. Tangan Rikardo meraih kedua buah dada bu Marlena dan meremasnya dgn gemas. Suara keciipakan terus berbunyii dari kemaluan dan kemaluan yg beradu.
“sudaa aah.. hu.. huhu.. ” tangiis bu Marlena merengek.
Bu Marlena sangat tertekan dan tak percaya kejadian ini meniimpa diriinya. Rikardo menyengir sembari menonton sinis.
“sekarang cengeng lu ya… bu.. hughh ughh” ejek Rikardo sembari sesekalii kemaluannya disodokkan dgn kuat.
Pak Sugeng menyender di piintu dgn teler berat. Sedangkan pak Bento dan Dodi masiih terpesona menonton pemerkosaan itu. Sepuluh meniit Rikardo menggenjot lalu mulai meracau.
“aghh.. memek.. memekkkk!”. Kedutan dalam kemaluan membuat Rikardo semakiin mempercepat genjotan dgn kuat hiingga bu Marlena menjeriit kesakitan.
“auhh.. akh!”.. tubuhnya terguncang-guncang dgn cepat.
Lalu genjotan Rikardo berhentii dan melenguh panjang, “ahhhhh… ssshhhh.. ahh!”
Ketika air manii Rikardo menyembur di dalam lubang kemaluan yg hangat dan basah itu. Semprotannya keliihatannya nampak banyak, kerana pantat Rikardo tampak bekedut cukup lama sampai sepuluh detiik. Kemudian kemaluannya dilepaskan keluar dari mulut kemaluan itu diiikutii cairan putiih kental keluar mengalir dari bibir kemaluan bosnya. Anak-anak lain bersorak dan tertawa. Belom selesai bu Marlena melepas lelah.
Bento segera menariik piinggang bu Marlena dari sampiing, menariik tubuh perempuan montok itu ke piinggir meja dan membaliikkan tubuh siintal itu sampai bu bu Marlena tengkurap di atas meja akan tetapi bagiian pantatnya di piinggir meja, kedua kakii iindahnya jatuh menyentuh lantai, berdirii lemas. Buah dadanya tampak dari sampiing terjepiit dgn meja dan tubuhnya yg mulus..
Posisi yg dikehendakii Bento adalah dogy style. Bento tak sabar memasukkan kemaluannya ke kemaluan bosnya yg gemuk dgn rambut-halus yg sudah sangat basah. Sebelomnya Bento mengelap selangkangan bu Marlena dgn baju kemejanya lalu kemejanya digulung ke atas supaya tak menghalangii kemaluannya. Sesudah itu kedua tangan Bento memegang piinggang rampiing bosnya sembari menyiingkap rok mininya yg masiih meliingkar di piinggangnya dan mulailah kepala kemaluan Bento dicelupkan. Kedua tangan bu Marlena berpegangan ke dua sudut meja sembari menangiis dan pasrah kerana dia tahu apapun yg diucapkan tak akan digubriis oleh lelaki-lelaki yg sudah dikuasai nafsu.
Bento berbiisiik pelan “maaf Bu Lena.. aku pengen banget sama kamu” diiriingii kemaluannya yg menembus ke dalam kemaluan.
Wajah Bento merah padam mabuk sembari menyengir. Bu Marlena hanya mendesah sembari menangiis.
“auhh.. huu.. hu hu.”
Pantatnya yg putiih besar dan kenyal dicengkram Bento dgn gemas sembari diguncangkan. Kini wajah bu Marlena menghadap arah piintu ruangan dimana pak Beben, pak Sugeng dan Dodi berdirii menatapnya. Hatiinya begitu piilu membaygkan semua karyawannya ini akan menyetubuhii diriinya bergantiian. Wajah cantiik berkeriingat bergerak maju mundur kerana sodokkan kemaluan Bento dibelakangnya.
Tubuh putiih mulusnya yg tengkurap diatas meja memperliihatkan garis bentuk tubuhnya yg siintal dari belakang, piinggangnya keciil, piinggulnya melebar, dgn pantat yg besar dan montok, Bento sangat meniikmatii pemandangan itu, hanya tersiisah rok mini yg masiih meliiliit di piinggang mungiil itu. Lalu Bento menariik rok itu dgn kasar, nafsunya tak terkontrol, merobek rok itu dan melempar ke sampiing meja. Rikardo yg sudah puas, duduk di kursii miiliik bu Marlena.
Sedangkan Aldo dari sampiing hanya duduk tenang dgn wajah merah memandang pembantaian ini. Wajahnya menyeriingai menonton aksii kawan-kawannya. Pak Beben sedikit ragu sembari maju membuka celananya, tampak celana dalamnya yg dekiil ada sedikiit sobek-sobek memperliihatkan tonjolan kemaluannya yg tak kalah besar dari miiliik Rikardo.
Jalannya sedikiit terhuyung mendekat wajah bu Marlena yg sejajar dgn tinggi posisi kemaluannya. Lalu pak Beben mengeluarkan gagang kemaluannya yg berurat warna coklat kehiitaman dgn urat yg banyak, panjangnya 15 cm dgn diameter 6 cm. Disekeliiliingnya ditumbuhii rambut lebat kasar. Bu Marlena menonton kemaluan itu dari dekat sudah ketakutan dan paniik akan tetapi tak tahu harus berbuat apa. Dia membaygkan kemaluan yg lebiih besar dari miiliik swaminya itu juga akan masuk ke kemaluannya. Hatiinya semakiin tergores kerana diriinya kini menjadi pemuas nafsu para bawahannya bahkan kelas terbawah yg tak berpendidikan. Pak Beben menyodorkan kemaluan ke bibir mungiil bu Marlena supaya di oral.
bu Marlena memejamkan mata dan merapatkan bibirnya. Tetapi pak Beben menjepiit hiidungnya yg putiih mancung sehiingga bu Marlena suliit bernafas dan terpaksa membuka mulutnya langsung saja kemaluan gemuk dan kekar itu menerobos masuk sampai bu Marlena tersedak, seluruh gagangnya disodokkan ke dalam rongga mulut.
Ditambah sodokkan Bento dari belakang sehiingga membuat kemaluan pak Beben menembus makiin dalam ke kerongkongan bu Marlena. Ketika bos cantiik itu terbatuk gelagapan, matanya merah berair. Bento yg menggenjot dgn posisi berdirii itu mulai kelelahan, kemudian dia merebahkan tubuhnya ke punggung bu Marlena dgn posisi masiih doggy style. Sodokkannya bergerak pelan, sembari mengatur nafas. wajahnya diusapkan ke pundak putiih mulus itu. Bento melepaskan iikatan rambut bu Marlena sehiingga rambut itu tergerai membuat wajah bu Marlena nampak sensual dgn keriingatnya.
Dgn posisi yg diserang depan belakang, bu Marlena sangat tersiiksa sampai pandangannya buram dan nafasnya sesak. Pak Beben terus asiik menyodokkan kemaluan ke mulut perempuan itu tanpa perdulii keadaannya. Dan tak lama kemudian bu Marlena piingsan dgn posisi itu. Bukannya malah kasiihan justru pak Beben malah menjambak rambut bu Marlena supaya kepalanya tetap tegak dan terus menyodokkan kemaluannya.
Tak sampai sepuluh meniit Bento mulai orgasme, kemudian dgn kedua tangan menahan permukaan meja, dia membangkiitkan tubuhnya yg meniindih punggung bu Marlena. Keriingat di dadanya yg kerempeng itu menetes jatuh di punggung bu Marlena.
Kemaluannya terus memompa kemaluan, suaranya berkeciipakan. Bento membungkukkan kepala menonton kemaluan yg tenggelam tertutup pantat putiih besar. Pantat bu Marlena itu sepertii bantal yg empuk sewaktu sodokan berlangsung, pantat montok itu tertekan kenyal sekalii oleh dorongan bagiian perut bawah, pangkal kemaluan Bento. Dan tak lama kemudian Bento terdiam di posisinya memandang terus pantat putiih mulus itu. Dia merasakan air maniinya menyemprot deras di dalam lubang kemaluan bosnya yg cantiik. Sesudah tuntas menyemprotkan air maniinya.
Bento mencabut kemaluannya dan duduk di lantai kelelahan, nafasnya tersenggal. Rasanya niikmat sekalii. Pak Beben juga mencabut kemaluannya, kemudian membaliikkan tubuh bu Marlena yg piingsan itu dan menciium-ciium buas buah dada bosnya. Ruangan yg berantakan segera dirapiikan. Mereka beres-beres mematiikan lampu ruangan dan meniinggalkan ruangan itu. Bu Marlena tersadar kembalii, pandangannya remang-remang buram menonton cahaya lampu kuniing. Suasana pengap dan panas. Perlahan pandangannya semakiin jelas. Dia menonton sosok lelaki besar dan kekar.
Ya.. lelaki itu tak lain adalah pak Beben. Sosoknya tinggi besar dan kekar. Pak Beben adalah bagiian iinstalasii kelisterikan. Usianya 55 tahun. Warna kuliitnya cokelat gelap kehiitaman. Hiidungnya besar dan pesek. Kepalanya botak hanya menyiisakan rambut di sampiing kepalanya. Bu Marlena merasakan tubuhnya masiih terus berguncang. Lama-lama kesadarannya puliih. Dia menonton diriinya sedang terlentang di kasur yg terletak di lantai ubiin. disetubuhii pak Beben. Ketika itu juga bu Marlena merengek mencoba menangiis meskipun air matanya keriing tak ada yg keluar. Hanya liriih sembari menatap pak Beben, Cerita Sex
“stop… hu.. hu.. stoop. Pleasee… uhuu hhu.” mohonnya memelas.
Kini bu Marlena sadar diriinya berada di gudang lantai satu. Di sekeliiliing ruangan itu ada Aldo, Bento, Rikardo, pak Sugeng dan Dodi. Mereka semua duduk lesehan di lantai mengeliiliingii pak Beben dan bu Marlena yg bersenggama. Mendadak bu Marlena merasakan cairan panas menyembur di dalam lubang kemaluannya. Menyembur deras di dinding rahiim. Wajah pak Beben saat itu merem melek dgn melongo keniikmatan sembari mendesah panjang.
“Oohh..! Sshhh..”.
Lalu merebahkan diriinya ke tubuh bu Marlena. Tubuhnya yg berat dan berkeriingat bau apek sekalii. Bu Marlena sampai mual dan sesak nafas tertiindih pak Beben yg bongsor. Kemaluannya masiih terasa menancap di dalam kemaluan berdenyut-denyut pelan. Bu Marlena berusaha mendorong tubuh tambun pak Beben dgn sekuat tenaga. Pak Beben hanya diam saja, sengaja bermalasan meniimpa tubuh bos nya. Kemudian berusaha menciium bibir mungiil cantiik itu. Bu Marlena merasa jiijiik memaliingkan muka. Sampai akhirnya pak Beben menyerah, mencabut kemaluannya dan berdirii melangkah mundur, bersandar dinding dan jongkok mengatur nafas, kelelahan.
Diriinya merasa sudah hiina menjadi pelacur para driver, tukang, dan kurir. Bu Marlena membencii diriinya. Dia membencii liibiidonya yg terbangkiitkan oleh pemerkosaan atas diriinya. Dia merasa jiijiik dan tak berharga lagii. Pandangannya sayu seakan kehiilangan semangat, harapan dan masa depan perusahaannya. Aldo dan Rikardo kemudian mendorong tubuh Dodi, anak iidiot yg bekerja sbg Offiice Boy di kantor itu.
Pak Sugeng juga mendorong menyuruh Dodi melakukan giilirannya. Bu Marlena sampai sedih membaygkan diriinya masiih harus diperkosa lagii, bahkan oleh Dodi, OB nya yg iidiot itu. Teriingat iibu kandung Dodi yg bekerja sbg pembantu di rumah mewahnya. Perasaannya canggung menonton diriinya yg telanjang dipelototii oleh Dodi, anak pembantunya. Dodi hanya garuk-garuk kepala menonton bu Marlena, kemudian menoleh ke belakang menonton Aldo dan lainnya. Dia tersiipu malu, cengar-cengir.
“Dodiii.. jangan.. kamu anak baik Dodi..” bu Marlena berusaha menyadarkan Dodi yg sudah jongkok di hadapannya.
Dodi membungkuk menonton kemaluan, dia terheran dan takjub selama ini hanya nonton filem dewasa.. kini di depan matanya terpampang persiis dgn yg di liihatnya di filem, benda yg membawa keniikmatan. Tangannya menunjuk pelan mencoba menyentuh bibir kemaluan yg basah itu. Dodi cengar cengir menoleh lagii ke belakang menonton kawan-kawannya. Lalu menoleh ke arah bu Marlena sembari tersenyum malu-malu.
“Dodi.. tolong.. jangan jahat sama iibu” bujuk bu Marlena yg ketakutan akan di nodai oleh orang iidiot.
Dodi biisa dibiilang memiiliikii fiisiik yg sedikit aneh, lain dari manusiia normal. Bentuk tulang punggungnya tak lurus,dan ada tonjolan dagiing besar yg bengkok di punggungnya. Tingginya 150 cm, kuliitnya putiih sepertii albiino, dan kurus sekalii, matanya besar sepertii orang melotot, rambutnya berwarna kuniing dan tumbuh sedikiit, sepertii sapu iijuk. Bentuk giigii tak beraturan. Usianya 21 tahun. Tetapi bagaimanapun juga sebenarnya Dodi anak yg lugu. Tak mengetahuii mana yg buruk dan mana yg baik. Pergaulanlah yg membentuk periilaku Dodi.
Bu Marlena merasa jiijiik sekalii sewaktu Dodi telanjang hanya menggunakan celana pendek. Tubuhnya keliihatan aneh bagiinya. Sehiingga bu Marlena berusaha menghiindar sampai mepet ke dinding. Aldo dan kawan-kawan lainnya mulai riiuh. Lalu mulailah mereka memegang kakii dan tangan bu Marlena supaya tak berkutiik. Pak Beben dan Bento memegang kedua tangan bu Marlena, pak Sugeng dan Rikardo memegang kedua kakiinya, sedangkan Aldo merekam periistiiwa ini dgn kamera hp. Bu Marlena menjeriit sejadinya, tetapi posisi kantor ruko ini terletak di bagiian blok paling dalam dan ujung, apalagii suasana daerah itu sudah sangat sepii. Waktu sudah menunjukkan jam satu subuh. Semua bersorak kepada Dodi.
“Dodi… Dodi… Dodi….”, memberii semangat supaya Dodi melakukan senggama dgn bosnya.
Bu Marlena dgn wajah ketakutan dan terus meronta. IIngiin menangiis tetapi tak ada lagii air mata yg keluar.
“Jo… Dodi… please.. jangan lakukan ini sama iibu..! teriiaknya.
Kerana terus menjeriit, pak Beben mengiikat mulut bu Marlena dgn lap bekas di rak besii. Bu Marlena terus berusaha meronta, buah dadanya, pahanya bergoyg kenyal. Dodi hanya cengar cengir menonton bu Marlena lalu Dodi menurunkan celananya yg disambuh riiuh anak-anak.
“assoy…. Dodiii… Dodiii… ayoo!”.
Mereka semua terkejut menonton kemaluan Dodi, ukurannya kurang normal, dgn panjang 18 cm dan diameter sekitar 7 cm. Warnanya sepertii albiino bercorak atau sepertii kuliit babii. Kemaluan Dodi tegang dan bermiinyak.
Bu Marlena menonton sampai gemetaran. Dodi tak sadar apa yg sedang dilakukannya. Semua kawannya menghasut bahwa melakukan senggama dgn perempuan dewasa akan menjadi hebat, piintar, dan lain-lain. Semua mempengaruhii jalan piikiran Dodi yg setengah mabuk itu. Ketika Dodi menempelkan kemaluannya di bibir kemaluan bu Marlena dan iia meneteskan liiur sembari berteriiak.
“hoohh! Hoohhh!..” wajahnya sepertii anak keciil yg akan mencoba mainan baru yg diiimpiikan.
Sesaat kepala kemaluan Dodi yg bulat mengkiilap mulai menerobos lubang kemaluan bu Marlena semakiin meronta dgn sekuat tenaga. Akan tetapi apa daya, anak-anak memegang dgn kuat, hanya begoyg kesana kemarii yg malah membuat Dodi semakiin nafsu menonton buah dada putiih mulus yg kenyal itu. Bu Marlena menjeriit sekeras-kerasnya dgn mulut teriikat kain lap bekas.
“Hmmffff!!!!” Dgn wajah ketakutan dan sakiit.
Sejurus kemudian seluruh gagang kemaluan Dodi dibenamkan seluruhnya..
“hhmmmff!!!” Jeriit bu Marlena yg menahan sakiit, matanya melotot, badannya kejang.
Dodi merasakan keniikmatan yg belom pernah dia rasakan seusia hiidupnya di usiia yg sekarang ini. Dodi menggenjot sembari matanya memutar ke atas, hanya tampak putiih bola matanya, air liiurnya keluar menetes di perut bu Marlena.
“Aargghh… arrghhhhh.!” Desah Dodi merasakan niikmat persetubuhan.
Lalu Dodi menjiilat dan mengulum buah dada bu Marlena. Gerakan senggama Dodi sedikit kaku dan aneh, akan tetapi Dodi sangat meniikmatiinya. Sementara anak-anak yg lain masiih memegangii kakii dan tangan bu Marlena sembari menyorakii Dodi.
Kalii ini air mata bu Marlena biisa keluar lagii, dia menahan sakiit di kemaluan, dinding rahiimnya serasa mentok dan akan tertembus oleh kemaluan Dodi. Tangan Dodi meremas-remas buah dada yg besar dan kenyal itu dgn gemas. Lalu menciiumii dada, leher, ketiiak bu Marlena. Suara tangiisan tertahan iikatan kain lap itu terdengar piilu.. Bento sempat merasa kasiihan pada bos nya yg cantiik itu. Anak-anak yg lain justru bersemangat.
“Ayoo Dodi… genjoot terosss!” Teriiak Rikardo.
Pak Sugeng terkekeh sembari berbiisiik.. “yg kenceng Jod… memek amoy niih.. barang langka”
Bu Marlena yg merasa tersiiksa, pelan-pelan mulai merasakan suatu yg aneh, sebenarnya sangat tabu di otaknya. Yaitu menjadi terangsang.
Liibiidonya meniinggii, kemaluannya sudah beradaptasii dgn kemaluan Dodi. Kerana sebelomnya pun sudah diserang oleh kemaluan-kemaluan yg lain, maka diriinya sepertii dipermainkan oleh liibiido. Bu Marlena memejamkan mata, kepalanya membantiing ke kanan dan ke kirii. Tangannya mengepal dan tanpa disadari kakiinya berusaha memeluk paha Dodi yg kurus itu.
Perlahan-lahan yg lainnya mulai melepaskan pegangan bu Marlena sembari menonton dgn nafsu. Pak Sugeng yg sudah meniikmatii lebiih dulu, kini terangsang lagii. Kemaluannya dikeluarkan dari celana dan mulai mengocok, begitu pula Rikardo dan pak Beben.
Kedua tangan bu Marlena mencengkram kasur lantai itu dgn dua tangan, kepalanya terus menggeleng ke kanan dan ke kirii, pergumulan hebat antara otak dan nafsu dalam diriinya. Dodi terus berteriiak sepertii orang giila merasakan niikmat. Sementara pak Beben membuka iikatan mulut bu Marlena kemudian mengarahkan kemaluannya pada mulut iindah bosnya. Menggesekkan di bibir sensual itu sembari mendesah
“ayo iissep dong bu.. sshhh”
kemaluannya mengeras mengeluarkan cairan beniing. Bu Marlena memaliingkan muka ke kirii, tetapi di sebelah kirii, ada kemaluan Rikardo juga sedang menunggu persiis di depan wajahnya.
“Ka ka.. kalii iian ba.. jii. iingan!” Liriih bu Marlena nadanya terputus kerana genjotan Dodi.
Terpaksa juga akhirnya kemaluan Rikardo yg beruntung berhasiil membobol mulut bu Marlena. Rikardo merasa enak sangat, kemaluannya masuk di mulut bos cantiiknya. Terasa hangat dan sentuhan lIdah, giigii. Terasa niikmat.
“Aghh.. enak bu.. enakk” desah Rikardo sembari memejamkan mata dan menahan kepala bu Marlena supaya tak melepaskan kemaluan dari mulutnya.
Beberapa saat kemudian pak Sugeng menahan Dodi untuk gantii posisi.
“Tahan Jod.. bentar” sembari menariik pelan tubuh Dodi sehiingga kemaluannya terlepas dari kemaluan.
Mereka semua berpiikiran sama meniikmatii bu Marlena bersamaan.
pak Beben berseloroh, “iindahnya berbagii..” sembari menyengir lebar.
Posisi pak Beben terlentang di kasur lapuk itu, lalu bu Marlena digotong ditelentangkan di atas tubuh pak Beben. Dodi tetap melakukan posisi miisiionariis, di hadapan bu Marlena, kemaluannya dimasukkan lagii ke dalam kemaluannya. Pak Beben yg tertiindih tubuh montok bu Marlena semakiin buas. Pantat bu Marlena yg besar dan montok menekan kemaluannya.
“Aghh.. enak banget bokong lu bos…” sembari berusaha memasukkan kemaluan ke lubang dubur bosnya.
Belom sempat bu Marlena bersuara, mulutnya kembalii disodok oleh kemaluan Rikardo. Sembari mencengkram piipiinya supaya tetap pada posisi mengoral kemaluan Rikardo. Bu Marlena mulai terhanyut dalam buasnya nafsu para bawahannya ini. Bau tak sedap dan apek di gudang itu mulai kalah oleh nafsunya yg makiin memuncak. Tak lama kemudian Dodi sudah ejakulasii. Dia teriiak sepertii orang hutan.
“Argghh… hohhh… hohh” matanya membelalak, tubuhnya menegang, air maniinya deras menyemprot lubang kemaluan bu Marlena.
Sementara pak Beben yg dibawah tubuh bu Marlena terus menggenjot dan Rikardo terus menyodok kemaluannya. Bu Marlena sudah terhanyut meniikmatii diriinya tenggelam dalam hiinaan dan niista. Meskipun merasakan sakiit pada beberapa bagiian tubuhnya, iia mencoba meniikmatii. Dodi sesudah ejakulasii, badannya terhiiyung ke belakang dan terjatuh.
“Hahahha… mantaappp Dodiiiii…” teriiak pak Sugeng.
Dodi ketika lemas dan tiiduran di lantai kehabiisan tenaga. Lalu pak Sugeng segera mengambiil aliih posisi Dodi tadi. Kemaluannya segera dimasukkan ke kemaluan bu Marlena..
“Bu.. satu lagii niih.. kangen..” sembari menenggelamkan kemaluannya ke mulut kemaluan yg sudah basah dan liiciin itu. tetapi hebatnya lubang kemaluan itu masiih terasa menjepiit hangat meskipun tak sesempiit awal diperkosa. Pak Sugeng mendesah mengejek
“aduhhh… enak banget memek Chinese” sembari menyodok kemaluannya dalam-dalam.
Pak Beben yg berada dibawah tubuh bu Marlena menciiumii leher putiih mulus itu. Kedua tangannya meremas buah dada bu Marlena dari belakang sembari terus mengucapkan kata-kata kotor yg dibiisiikkan dekat teliinga bu Marlena..
“Enakk kan bu.. kemaluan kita orang.. sshhh..” sembari menggoyg tubuh montok itu di atas diriinya.
“Lobang pantat lo juga niikmat lho bu.. shhh ahh”
Bu Marlena hanya terdiam kerana mulutnya penuh dgn kemaluan Rikardo.
Pantat bu Marlena yg besar terasa empuk dan kenyal di pangkal kemaluan pak Beben. Kadang kemaluan pak Sugeng dan pak Beben bersentuhan saat menggenjot, kerana jarak lubang keniikmatan yg berdekatan itu. Bento hanya berdirii menonton saja. Diriinya menunggu giiliran sembari mengocok kemaluannya. Sembari menonton Aldo, bertanya.
“Kok lu ga ngewe siih Do?”..
Aldo masiih terus merekam sembari mendekat Bento.
“Gua udah pernah perkosa Bu Lena sebelomnya” sembari menyengir.
Bento terterkejut.. “hah!? Kok biisa? Kapan Do? ” tanyanya hampir tak percaya.
Aldo menjawab..” di rumahnya waktu gua masiih kerja sama orang masang CCTV di rumahnya”.
Bento masiih terbengong, lalu Aldo menyeletuk.
“lu piikir giimana gua biisa masuk kerja di sini?” Seraya tertawa tergelak.
Mendadak Rikardo berteriiak sembari mengejang.
“Ahhh. Anjiing.. aqu mau keluar… aqu mau keluar!” Sembari menjambak rambut bu Marlena.. kemaluannya dikeluarkan dari mulut bos nya.. dan diarahkan ke wajahnya. Kemudian air manii Rikardo menyemprot hiidung, mata, dahii bu Marlena tak beraturan.
“Ahh… anjiing! Enak bangeett” desah Rikardo sembari terus mengocokkan kemaluannya.
Disusul kemudian pak Beben.. “arghhh… niikmattt banget siih lu, Chinese” liriihnya meniikmatii ejakulasii di dalam dubur perempuan berkelas itu.
Bu Marlena hanya memejamkan mata dan mendesah “ughh.. shhhh”.
Rikardo kemudian duduk di piinggir ruangan, lemas, mengatur nafas. Lalu pak Sugeng menariik bu Marlena ke sudut ruangan seolah kini tubuh bosnya itu sekarang adalah miiliiknya seutuhnya. Pak Sugeng mendorong bu Marlena ke tumpukan kardus di sudut ruangan itu, lalu mulai menghujamkan lagii kemaluannya dari belakang dgn posisi dogy style.
Kedua tangannya memegang piinggang bu Marlena yg siintal. Buah dada tampak dari sampiing terjepiit antara kardus dan tubuh pemiiliiknya tampak kenyal dan menggemaskan. Sesekalii pak Sugeng menampar pantat besar mulus itu hiingga memerah. Bu Marlena hanya mendesah “aghh..!” setiiap kalii ditampar, pantat besar itu bergoyg. Sembari terus menggenjot pak Sugeng mengeluarkan kata kasar sembari mendesah.
“Ahh shhh. Memekk iibu enak banget.. shhhh”
Tangan kanannya meraih rambut bu Marlena dan menjambak sepertii koboii yg menunggangii kuda dan menariik talii kekang.
bu Marlena yg sudah terhanyut dalam nafsu tabu ini juga meracau..
“Aghh.. bang.. bangsat ka kaliian…” terbata-bata oleh genjotan pak Sugeng.
“Puas ka.. kaliiannn… mem.. per perkosssa sa saya..”
“Puas bu.. sshhh… ahh.. enak banget siih memekk mu.. sshh.. ahh” balas pak Sugeng merem melek sembari menggenjot. Cerita Sex
Tangan kirii pak Sugeng meraba paha putiih montok itu sembari meremas, tangan kanannya kembalii memegang piinggangnya yg keciil. Seluruh daerah tubuh bu Marlena dijamah dgn meremas.
Dodi, Rikardo, dan pak Bento tak disangka sudah ketiiduran di lantai. Kerana kelelahan dan mabuk. Sesudah 10 meniit, pak Sugeng mulai orgasme, mencabut kemaluan dan menariik lengan bu Marlena supaya berbaliik badan. Menyuruhnya jongkok. bu Marlena tak sadar menurutii saja. Lalu disemprotkannya air manii itu ke buah dada bu Marlena sembari mengoleskan kemaluannya di buah dada putiih mulus itu. Sesaat kemaluan dioleskan, masiih ada dua kalii semprotan air manii terakhir membasahii leher dan dada bosnya.
“Sshh ahhh… enak banget kemaluan lu bos.. sumpah.. shhh ah”. Desah pak Sugeng sembari mengocokkan kemaluan yg sudah ejakulasii.
Saat itu Aldo sudah tak ada di ruangan. Entah kemana.
Bu Marlena sudah sangat lelah, tubuhnya berantakan tak karuan, air manii pada wajah, rambut, dada, leher, buah dada, lengan kerana bekas semprotan. Bento iingiin menyetubuhii lagii tetapi sedikit jiijiik dgn air manii di tubuh bu Marlena. Sehiingga Bento hanya menyuruh bu Marlena melakukan oral pada kemaluannya. Awalnya bu Marlena sedikit menolak, tetapi akhirnya dilakukan juga meski keliihatan terpaksa. Posisinya bu Marlena duduk di lantai menyandar tembok, dan Bento berdirii di hadapannya, kedua tangannya menahan tembok sepertii hendak push up. Bu Marlena mulai membuka bibirnya lIdahnya keluar menjiilat ujung kepala kemaluan Bento.
“arghh.. ssshhhhh” Bento terasa luar biiasa merasakan niikmat.
Kerana bu Marlena mungkiin merasa horny juga. Mengulum kemaluan Bento dgn lembut, bibirnya rapat menguncii celah di piinggiran sekeliiliing kemaluan lalu bergerak menyedot maju mundur perlahan. LIdahnya menjiilat bagiian bawah gagang kemaluan di dalam mulutnya. Sesekalii terdengar liiur menelan ludah di dalam mulut bu Marlena. Kedua tangan bu Marlena berpegangan pada paha Bento.
“Ahh.. shhhh.. enak bu… shhh.. enakk”. desah Bento terus menerus.
Bento menggoygkan sedikiit pantatnya maju mundur supaya kemaluannya bermain dgn gerakan mulut bu Marlena. Tak sampai 7 meniit, Bento berteriiak sembari berbiisiik.
“Sshhh… mau keluarr bu.. shhhh”.
Tangannya memegang kepala bu Marlena menahan supaya kemaluannya tetap di dalam mulut dan air manii Bento keluar banyak di dalam mulut bos nya.
“shhh.. agghhh.. shhhh” Bento terus mendesah selama air maniinya menyemprot.
Lihat juga : Cerita Sexual Jundan Dan Tante Jelita
Bu Marlena sedikit gelagapan dgn air manii Bento yg terus menyembur. Sesudahnya, Bento mencabut kemaluan perlahan keluar dari mulut bu Marlena sampai cairan kental membentang jarak antara kepala kemaluan dan bibir mungiil itu sepertii keju mozzarella. Lalu Bento tiiduran dekat tumpukan kardus sembari mengatur nafas. Mereka semua mabuk dan kelelahan, semua tiidur di gudang itu bersama-sama. Hanya bu Marlena yg tak biisa tiidur. Mereka tak perdulii pada bu Marlena, kerana semua yakiin bahwa bu Marlena tak akan menceritakan aibnya sendirii. Akhirnya bu Marlena pergii keluar gudang sendiriian menuju kamar mandi membersiihkan dirii dan pulang. Diriinya sudah tak ada semangat hiidup lagii tetapi ada keganjalan. Ya.. liibiidonya meniimbulkan candu dalam hatiinya.