Cerita Porno Kemaluan Istriku

Cerita Porno Kemaluan Istriku

Cerita Porno - Sekitar 2 tahun yg lalu aqu dan Stefany pergi jalan jalan ke Disney World USA, karena keuangan kita sedang menipis jadi kita berangkat dgn pesawat kelas ekonomis sepakat untuk memilih Malaysia Airline sebagai alat transportasi kesana karena waktu itu juga ada harga diskon.


Kita berangkat dari jakarta pukul 7 pagi semua segala persiapan sudah kita siapkan jauh jauh hari, sesuai jadwal kita transit selama satu jam di kuala lumpur setelah itu langsung perjalanan menuju bandara di New York lupa aqu namanya bandaranya.

Tapi tak taunya sebelom sampai disana kita harus transit lagi 1 setengah jam di dubai arab, sempat ada rasa kesal karena sebelomnya tidak ada pemberitahuannya, aqu sempat menanyakan tempattransit mana saja yg akan kita jalani pada perusahaan travel tempat kita memesan tiket tetapi mereka mengatakan bahwa kita hanya transit satu kali di Kuala Lumpur .

Aqu sempat mengira kita telah salah naik pesawat karena persinggahan pesawat kita di Dubai itu. Setelah mengetahui kapal yg kita naiki benar-benar menuju ke New York , kita hanya pasrah saja.

Pemeriksaan yg bertele-tele di bandara Dubai sungguh melelahkan. Kita harus mengantri sekitar 1 jam untuk melewati pemeriksaan bagasi saja.

Setelah barang-barang bawaan kita melewati alat sensor, seorang petugas menghampiri tas koper istri saya dan berseru dgn suara agak keras untuk menanyakan siapa pemilik koper tersebut. Istr saya maju dan mengatakan kepadanya bahwa tas itu miliknya.

Petugas tersebut memandangi Stefany cukup lama. Salah satu hal yg paling kuingat dari wajahnya adalah Brewok yg lebat seperti Pak Raden dalem film si Unyil. Lalu ia membuka koper itu dan mulai mengacak-acak isinya.

Isi koper itu hanyalah pakaian-pakaian dan peralatan kosmetik Stefany. Tangan lelaki itu (sebut saja si Brewok) mengeluarkan satu kantong berisi bubuk hitam dari dalem koper.

What is this? tanyanya dgn logat yg sulit dimengerti.

Stefany menjawab gugup, Coffee.

Alis si Brewok mengkerut. Matanya menatap tajam Stefany. Lalu ia mengatakan beberapa kalimat yg sulit dipahami. Kemungkinan besar apa yg ingin dikatakan si Brewok (dgn menggunakan bahasa inggris yg sangat aneh) adalah membawa kopi dilarang.

Aqu mendekati petugas itu dan menanyakan lebih jelas permasalahannya. Si Brewok masih saja mengacak-acak koper itu seakan mencari sesuatu yg hilang. Tanpa merapihkan isi koper itu lagi, ia menutupnya dan memandang aqu dgn wajah curiga.

Who are you? aqu menduga ia mengucapkan kata-kata tersebut.

Im her husband. Whats the problem, sir?

Ia terus memandangi kita berdua secara bergantian. Ia memanggil dua orang petugas lain di belakangnya dgn gerak isyarat. Lalu ia berkata, Follow me!

Dua koper kita diangkat oleh salah satu opsir yg baru dipanggil si Brewok sedang yg satunya lagi menggiring kita untuk mengikuti si Brewok. Si Brewok berjalan dgn cepat masuk ke dalem ruangan tertutup di pojok lorong tak jauh dari WC.

Ruangan yg tak lebih dari 3 x 3 meter itu sangat terang dan seluruh temboknya dilapisi cermin setinggi 2 meter dari lantainya. Koper kita dilemparkan dgn kasar ke atas meja di pinggir. Ketiga lelaki itu (termasuk si Brewok) telah masuk ke dalem ruangan. Lelaki yg memiliki brewok lebat menutup pintu lalu menguncinya.

Kita berdua berdiri terpaqu di hadapan mereka bertiga. Aqu merasa cemas akan semua ini. Apa yg akan terjadi? Apa masalah yg begitu besar sehingga kita harus diperiksa di ruangan terpisah? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yg memenuhi pikiranku (mungkin tak beda jauh dgn benak Stefany).

Baru saja aqu ingin membuka mulut untuk menanyakan permasalahannya, si Brewok mengatakan sesuatu yg tak jelas. Kata-kata yg bisa tertangkap oleh telingaqu hanyalah stand, wall (dan against setelah berpikir beberapa detik untuk mencernanya). Menurut perkiraanku mereka ingin kita berdiri menghadap tembok. Informasi ini kuteruskan ke Stefany yg tidak mengerti sama sekali perkataan si Brewok.

Dgn enggan kita membalik badan kita menghadap tembok. Dari pantulan cermin di depan kita, aqu melihat si Brewok dan lelaki yg satunya lagi yg berbadan lebih Gagah (sebut saja si Gagah) menghampiri kita. Telapak tangan kita ditempelkan di tembok (cermin) di depan kita dan kaki kita direnggangkan dgn menendang telapak kaki kita agar bergeser menjauh.

Si Brewok mulai memeriksa seluruh tubuhku. Dimulai dari atas dan bergerak ke bawah. Pemeriksaan berlangsung cepat. Beberapa benda di kantong baju dan celanaqu dikeluarkan dan diletakkannya di meja terpisah.

Sama halnya seperti yg terjadi pada diriku, si Gagah memeriksa Stefany dari atas ke bawah. Sekilas aqu melihat dari cermin, si Gagah menggeraygi buah dada Stefany walau hanya sebentar. Tak ada ekspresi yg berubah dari wajah Stefany.

Sejak tadi ekspresi yg terlihat hanyalah ekspresi kecemasan. Aqu menepis pemikiran bahwa si Gagah mencari kesempatan dalem kesempitan pada tubuh istriku. Mungkin saja memang ia harus memeriksa bagian dada Stefany, toh dadaqu juga diperiksa oleh si Brewok, pikirku.

Benda-benda juga dikeluarkan dari kantong jaket, baju dan celana Stefany. Meja itu dipenuhi oleh uang receh, permen, sapu tangan dan kertas-kertas tak berguna dari isi kantong kita berdua.

Kemudian setelah harus mencerna hampir lima kali kata-kata yg tak jelas dari si Brewok (yg ternyata adalah atasan si Brewok dan si Gagah), aqu menyadari bahwa ia menyuruh kita untuk membuka pakaian kita. Jantungku seperti berhenti berdetak. Stefany masih belom bisa mengira-ngira perkataan si Brewok itu.

Tanpa memberitahu istriku, aqu mencoba untuk memprotes kepada si Brewok. Tetapi si Brewok membentak, yg kuduga isinya (jika diterjemahkan):

Jangan macam-macam! Cepat laksanakan! Beberapa kata yg bisa tertangkap jelas oleh telingaqu adalah Donaplay dan Quick.

Aqu membisikkan kepada istriku keinginan si Brewok. Mata Stefany membesar dan mulutnya terbuka sedikit karena kaget.

Si Gagah dan si Brewok sudah berdiri di samping kita dan mengawasi kita dgn pandangan tajam. Aqu melirik ke pinggang si Brewok. Pandanganku tertumpu pada pistol yg menggantung di pinggang tersebut.

Perasaan taqut sudah menguasai diriku. Aqu mulai melepaskan pakaianku dari sweater, kemeja, kaos dan celana panjang. Pada waktu aqu melepaskan kemejaqu, Stefany masih belom beranjak untuk melepaskan pakaiannya. Karena taqut istriku dilukai, aqu memberi pandangan isyarat kepadanya agar ia segera melepaskan pakaiannya.

Akhirnya dgn berat hati ia melepaskannya satu per satu. Jaket, kemeja, kaos dalem dan terakhir celana jeansnya. Kita berdua berdiri hanya dgn pakaian dalem kita.

Si Brewok berkata sesuatu yg sama sekali tidak bisa kumengerti. Detik berikutnya si Gagah menarik tangan Stefany dan membawanya ke sisi tembok yg bersebelahan dgn tembok di hadapan kita. Tangan si Brewok menahanku ketika aqu hendak mengikuti Stefany. Dona move! katanya kepadaqu dgn sangat jelas.

Aqu masih bisa melihat Stefany (dari baygan di tembok cermin) berdiri tak jauh di sebelah kananku. Ia menghadap tembok tetapi pada sisi yg berbeda dgn tembokku.

Lalu si Brewok menarik tanganku agar kedua telapak tanganku menempel di tembok cermin dan merenggangkan kakiku. Si Gagah melaqukan hal yg sama pula terhadap Stefany.

Si Brewok yg berdiri di belakangku, meraba-raba bagian tubuhku yg ditutupi oleh celana dalemku, mencari-cari sesuatu untuk ditemukan. Setelah itu sembari menggelengkan kepalanya, ia mengatakan sesuatu kepada si Brewok.

Pada waktu itulah aqu melihat tangan si Gagah menggeraygi tubuh Stefany. Dgn jelas aqu melihat tangannya meremas buah dada Stefany selama beberapa detik.

Tangannya bergerak ke bagian bawah tubuh Stefany. Kemudian si Gagah berjongkok di belakang Stefany dan aqu tak bisa lagi melihat apa yg dikerjakannya setelah itu. Stefany memejamkan matanya. Alisnya sedikit mengkerut.

Selama sekitar 20 detik, aqu tak berani memalingkan wajahku untuk melihat apa yg dikerjakan si Gagah pada istriku. Lalu ia berdiri dan berkata pelan kepada si Brewok (lagi-lagi aqu tak bisa menangkap kata-kata yg diucapkan mereka).

Si Brewok berkata-kata lagi diikuti dgn ditariknya celana dalemku ke bawah oleh si Brewok. Belom sempat kaget, aqu mendengar Stefany menjerit kecil. Rupanya celana dalemnya sudah ditarik ke bawah sampai ke lututnya, sama seperti yg dilaqukan si Brewok terhadap celana dalemku.

Setelah itu si Gagah meraih kaitan di belakang BH Stefany dan melepaskannya dgn cepat. Si Gagah meraih BH itu dan menariknya satu kali dgn keras sehingga lepas dari tubuh Stefany.

Secepat kilat Stefany menutupi kedua dadanya. Aqu pun menutupi kemaluanku. Kita berdua berdiri tegang. Si Brewok berjalan perlahan menghampiriku lalu bergerak ke arah Stefany. Untuk beberapa waktu ia hanya berdiri dan memperhatikan tubuh istriku.

Aqu rasa, Stefany mulai akan menangis. Si Brewok memberi isyarat kepada si Gagah. Lalu si Gagah menghampiriku dan berdiri menantang di sampingku. Aqu hanya melirik sekali dan menbisai wajahnya berubah menjadi lebih kejam tiga kali lipat.

Sembari mengatakan sesuatu, si Brewok mendorong pentungan hitam (yg biasa dibawa oleh polisi) yg dipegangnya ke arah tangan Stefany yg menutupi buah dadanya. Aqu bisa melihat istriku menjatuhkan kedua tangannya ke sisi badan. Si Brewok kembali memandangi Stefany dan kali ini pandangannya terkonsentrasi ke arah buah dada istriku.

Hampir semenit penuh ia memandangi tubuh Stefany. Stefany hanya memejamkan matanya, mungkin karena taqut (atau malu?).

Dgn menggunakan pentungan hitamnya itu, si Brewok menurunkan celana dalem Stefany dari lutut sampai ke mata kakinya. Lalu ia memaksa Stefany untuk merenggangkan kakinya sehingga mau tak mau ia melangkah keluar dari celana dalemnya.

Pada waktu si Brewok mulai menggeraygi buah dada istriku, aqu beringsut dari tempatku untuk mencegahnya. Tetapi bukan aqu yg mencegah perbuatan si Brewok, si Gagah dibantu oleh si Brewok menahan tubuhku untuk tetap berdiri di tempat.

Aqu meneriaki si Brewok untuk menghentikan perbuatannya. Teriakanku disambut dgn tamparan keras pada pipi kananku. Aqu merasakan rasa asin yg kutahu berasal dari darah yg mengalir dalem mulutku. Akhirnya aqu hanya berdiri dan berdiam diri. Tak beberapa lama setelah itu, si Brewok berjongkok di depan Stefany sehingga aqu tak bisa melihat apa yg dilaqukannya. Dari sudut pandangku, aqu hanya bisa melihat dari baygan di cermin bagian belakang tubuh si Brewok yg sedang berjongkok di antara kedua paha Stefany.

Tidak terdengar suara apa pun selain suara detak jantungku yg semakin keras dan cepat. Stefany tetap memejamkan matanya dgn alis sedikit mengkerut, sama seperti tadi.

Stefany tidak mengeluarkan sepatah kata pun sejak tadi masuk ke dalem ruangan itu. Istriku memang agak penaqut dan kurang berani mengungkapkan penbisanya pada orang lain. Walaupun demikian, aqu agak heran dgn sikap istriku waktu itu yg tidak memprotes sedikit pun atas perbuatan si Brewok terhadap dirinya.

Atau mungkin saja si Brewok tidak melaqukan apa-apa waktu itu, batinku. Setelah lima menit berlalu
dalem keheningan, tiba-tiba istriku mengeluh (lebih menyerupai mendesah), Aqu melirik ke arahnya
dan menbisai ia tidak lagi menutup matanya. Matanya agak membelalak dan mulutnya terbuka
sedikit.

Setelah itu, si Brewok berdiri dan menghampiri si Gagah. Ia memberi isyarat dgn tangannya kepada si
Gagah dan si Brewok untuk meninggalkan ruangan itu.

Aqu yakin (sangat yakin, untuk lebih tepatnya) bahwa aqu melihat beberapa jari si Brewok mengkilap karena basah. Hanya dgn melihat hal itu, cukup bagiku untuk menduga apa yg telah dilaqukan si Brewok terhadap istriku.

Si Brewok berkata-kata kepada kita. Kali ini aqu yakin ia mengatakannya dalem bahasa inggris. Walau aqu hanya bisa menangkap sepenggal kalimat (may pass), tetapi aqu yakin bahwa ia menyuruh kita mengenakan kembali pakaian kita dan memperbolehkan kita untuk melanjutkan perjalanan kita.

Awalnya aqu tak mempercayai pendengaranku (dan tafsiranku terhadap kata-katanya). Tetapi setelah mereka keluar dari ruangan itu dan meninggalkan kita berdua saja, aqu semakin yakin. Aqu menyuruh Stefany untuk mengenakan pakaiannya secepat mungkin. Dan ia mulai menangis terisak-isak sembari mengenakan pakaiannya.

Setelah selesai mengenakan seluruh pakaian kita, aqu memeluk istriku yg masih menangis. Dalem pelukanku tangisannya semakin menjadi. Aqu hanya mengelus-elus rambutnya dan menenangkan hatinya dgn mengatakan bahwa semua itu sudah berakhir.

Sesampai kita di hotel (di Orlando), Stefany akhirnya menceritakan apa yg diperbuat si Brewok terhadap dirinya. Ia bercerita bahwa sembari menjilati klitorisnya, si Brewok menggesek-gesekkan jarinya ke kemaluan istriku. Pada akhirnya si Brewok memasukkan satu dua jarinya ke dalem lubang kewanitaannya lalu mengocoknya beberapa kali.

Stefany mengatakan bahwa dirinya merasa jijik atas perbuatan si Brewok. Setelah beberapa waktu, aqu menanyakan padanya apakah ia terangsang waktu itu.

Mendengar pertanyaan itu, Stefany langsung mencak-mencak dan mengambek. Dalem rajukannya, ia menanyakan kenapa aqu berpikiran seperti itu.

Aqu mengungkapkan bahwa aqu melihat jari-jari si Brewok basah pada waktu ia menghampiriku sebelom keluar dari ruangan itu. Stefany menjawab bahwa jari-jari itu basah karena terkena ludah dari lidah yg menjilati klitorisnya. Karena tak mau melihat dirinya merajuk lagi, akhirnya aqu menerima penjelasannya dan meminta maaf karena telah berpikiran seperti itu.

Sebenarnya di dalem otak, logikaqu terus berputar. Bagaimana mungkin ludah si Brewok bisa membasahi sepanjang jari-jarinya itu, pikirku. Dalem hatiku yg terdalem sebenarnya aqu tahu bahwa jari-jari si Brewok bukan basah oleh ludah melainkan oleh cairan yg meleleh dari kemaluan istriku.

Tetapi aqu menepis penbisaku itu dan tidak berniat membahasnya lagi dgn Stefany agar kita bisa menikmati sisa waktu kita di Amerika itu.
LihatTutupKomentar
Cancel